Mudjoko

Laki-laki, XX tahun

Kudus, Indonesia

SELAMAT DATANG DI BLOG PERJALANANKU, MY LIFE MY BLOG adalah blog yang menceritakan semua yang saya suka, Inspirasi, dan Motivasi.Selamat bergabung di blog saya, semoga bisa jadi motivasi dan inspirasi bagi anda yang membacanya Semoga Bermanfaat.

Visit My Blog :
=>tritunggaljayakudus.blogspot.com
=>tritunggaljaya-kudus.blogspot.com
=>tritunggal-jayakudus.blogspot.com
=>mudjoko.kds@gmail.com
::
Start
Mudjoko™ Kangmas Djoko
Shutdown

Navbar bawah

Cari Blog Ini

Minggu, 15 Juni 2014

Pengertian Hepatitis C, Gejala, Penyebab, Pencegahan dan Perawatan

Pengertian Hepatitis C, Gejala, Penyebab, Pencegahan dan Perawatan
Pengertian Hepatitis C, Gejala, Penularan, Pencegahan dan Perawatan. Sama dengan Hepattitis jenis lain, Hepatitis C juga menginfeksi organ hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Gejalanya hampir tidak terlihat, namun infeksi kronis dapat menyebabkan parut (eskar) pada hati, dan setelah menahun menyebabkan sirosis. Beberapa kasus, penderita yang mengalami sirosis juga mengalami penyakit kombinasi seperti gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian. Para ilmuwan mulai meneliti HCV pada tahun 1970-an, dan memastikan keberadaan virus tersebut pada tahun 1989.


Gejala dan Tanda

Hanya 15% kasus Hepatitis C menunjukkan gejala akut. Gejalanya seringkali ringan dan tidak kentara, gejalanya seperti :
  1. Penurunan nafsu makan
  2. Sakit kepala
  3. Letih
  4. Nyeri otot atau nyeri sendi
  5. Menurunnya berat badan

Hanya sedikit kasus infeksi akut yang terkait dengan ikterus. Infeksi ini dapat sembuh sendiri tanpa diobati pada 10-50% penderita, dan lebih sering menyerang perempuan usia muda.

Infeksi kronis

Sekitar delapan puluh persen penderita yang terpajan virus hepatitis C akan mengalami infeksi kronis. Selama 10 tahun pertama infeksi hepatitis C menunjukkan gejala minim dan bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali, meskipun hepatitis C kronis dapat ditandai dengan kelelahan. Sekitar 10–30% orang yang terinfeksi selama lebih dari 30 tahun akan mengalami sirosis. Orang yang mulai terkena sirosis memiliki risiko dua puluh kali lebih besar terkena kanker hati, sebanyak 1-3% per tahun. Pada pecandu alkohol, risiko ini menjadi 100 kali lebih besar. Dalam penelitian Hepatitis C merupakan penyebab utama pada 27% kasus sirosis dan 25% kasus kanker hati.

Efek dari sirosis hati dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi pada vena yang mengalir ke hati, akumulasi cairan di perut, mudah memar atau berdarah, vena melebar, khususnya di lambung dan esofagus, sakit kuning (kulit menguning), dan kerusakan otak.

Penyebab

Penyebab hepatitis C adalah virus hepatitis C yang merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif. Virus ini merupakan anggota genushepacivirus dalam family Flaviviridae. Terdapat tujuh genotipe utama HCV. Di Amerika Serikat, genotipe 1 merupakan penyebab pada 70% kasus hepatitis, genotipe 2 pada 20%, dan genotipe lainnya masing-masing 1%. Genotipe 1 juga merupakan genotipe yang paling banyak ditemui di Amerika Selatan dan Eropa.

Penularan

Dibawah ini adalah penyebab menularnya hepatitis C :
  1. Penggunaan Narkoba Suntik
  2. Pajanan terkait layanan kesehatan Transfusi darah, produk darah, dan transplantasi organ tanpa penapisan HCV
  3. Hubungan Seksual
  4. Tindik dan Tatto di bagian tubuh
  5. Kontak dengan darah
  6. Penularan dari ibu ke anak

Diagnosis

Tes diagnosis untuk hepatitis C termasuk: antibodi HCV, ELISA, Western blot, dan RNA HCV kuantitatif. Polymerase chain reaction (PCR) dapat mendeteksi RNA HCV satu hingga dua minggu setelah infeksi, sedangkan antibodi baru terbentuk dan baru dapat ditemukan dalam waktu yang lebih lama.
Hepatitis C kronis merupakan infeksi dengan virus hepatitis C yang menetap selama lebih dari enam bulan berdasarkan keberadaan RNA-nya. Karena infeksi kronis umumnya baru menunjukkan gejala setelah berpuluh tahun, dokter biasanya baru menemukan kasus pada saat pemeriksaan fungsi hati atau saat melakukan penapisan rutin pada orang berisiko tinggi. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan antara infeksi akut dan infeksi kronis.

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan hepatitis C biasanya dimulai dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ada antibodi terhadap HCV dengan menggunakan uji imunoasai enzim (enzyme immunoassay). Jika hasil pemeriksaan ini positif, dilakukan pemeriksaan kedua untuk memastikan uji imunoasai dan untuk menentukan beratnya penyakit. Uji imunoblot rekombinan memastikan uji imunoasai tersebut, dan reaksi rantai polimerase RNA HCV menentukan beratnya. Jika tidak ada RNA dan hasil imunoblot positif, orang tersebut pernah mengalami infeksi namun sudah teratasi baik dengan pengobatan maupun secara spontan; jika imunoblot negatif, artinya uji imunoasai salah. Uji imunoasai baru akan memberikan hasil positif enam hingga delapan minggu setelah infeksi.

Pencegahan

Hingga tahun 2011, belum ada vaksin untuk hepatitis C. Vaksin sedang dikembangkan dan sebagian menunjukkan hasil yang menjanjikan. Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan cara seperti program pertukaran jarum suntik dan pengobatan untuk penyalahgunaan zat terlarang, menurunkan risiko hepatitis C hingga 75% pada pengguna narkoba suntik. Penapisan pada pendonor darah penting dilakukan pada tingkat nasional, sesuai dengan universal precautions (pencegahan universal) di fasilitas layanan kesehatan. Di negara-negara yang tidak memiliki pasokan spuit steril yang cukup, penyedia layanan kesehatan sebaiknya memberikan obat oral dibandingkan dengan obat suntik.

Obat-obatan

Peginterferon dan ribavirin merupakan obat-obatan standar untuk HCV. Antara 50-80% pasien yang diobati sembuh. Pasien dengan sirosis atau kanker hati mungkin memerlukan transplantasi hati, namun biasanya virus muncul kembali setelah transplantasi. Tidak ada vaksin untuk hepatitis C.

Pengobatan saat ini menggunakan kombinasi interferon pegilasi dan obat antivirus ribavirin selama 24 atau 48 minggu, bergantung pada tipe HCV. Hasilnya lebih baik pada 50–60% pasien yang diobati. Kombinasi boceprevir atau telaprevir dengan ribavirin dan peginterferon alfa meningkatkan respons antivirus terhadap hepatitis C genotipe 1. Efek samping pengobatan sering terjadi setengah dari pasien yang diobati terserang gejala yang mirip flu, dan sepertiga dari mereka mengalami masalah emosional. Pengobatan yang dilakukan dalam enam bulan pertama akan lebih efektif daripada pengobatan yang dilakukan setelah hepatitis C menjadi kronis.

Pasien yang mengalami infeksi baru dan virus belum dapat dihilangkan setelah delapan hingga dua belas minggu, pasien tersebut sebaiknya menjalani pengobatan interferon pegilasi selama 24 minggu. Bagi pasien dengan thalasemia (kelainan darah), ribavirin sepertinya dapat digunakan, namun meningkatkan kebutuhan akan transfusi. Para ahli yang mendukung mengklaim terapi alternatif sebagai terapi yang bermanfaat pada hepatitis C termasuk milk thistle (silybum), ginseng, dan colloidal silver/perak koloid. Namun, belum ada terapi alternatif yang terbukti memberikan hasil yang lebih baik pada hepatitis C.

Sumber referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_C

0 komentar:

Energy Saving Mode
Gunakan Mouse untuk Keluar Mode Energy Saving