Jika orang-orang ditanyakan apakah topik yang paling paling relevan bagi umat manusia saat ini, maka mereka akan memberikan jawaban yang bermacam-macam. Sebagian mereka akan menjawab menyebarkan senjata-senjata nuklir, sebagian akan menjawab angka kelahiran yang terlalu tinggi di seluruh dunia. Sementara sebagian yang lain mungkin akan menjawab bahwa topik yang paling penting adalah peningkatan kekayaan dan keadilan bagi semua orang.
Pendapat-pendapat yang sangat beragam ini menunjukkan bahwa orang-orang pada umumnya tidak mengenali dengan tepat siapa diri mereka sebenarnya. Jika sebaliknya, maka mereka akan berpendapat bahwa hal yang paling berpengaruh bagi manusia adalah pengabdiannya terhadap karakteristiknya sendiri, dan penolakannya untuk menerima kenyataan bahwa suatu hari ia pasti akan mati, dan yang lebih menakutkan lagi, akan dipanggil di hadapan Penciptanya untuk dimintai pertanggungjawaban.
Seandainya kita engakui realitas ini semata, maka kita tidak akan begitu memikirkan dunia saat ini dan akan mebih memikirkan kehidupan yang akan datang. Saat ini, kebanyakan orang sangat yakin akan adanya Tuhan dan kehidupan yang akan datang. Seolah-olah mereka sama sekali tidak mengingkari kedua hal itu, namun tindakan-tindakan mereka tidak sesuai dengan keyakinan-keyakinan mereka. Pada kenyataannya, setiap orang memikirkan bagaimana untuk dapat bertahan hidup.
Jika anda berada di sebuah pusat perbelanjaan pada keramaian malam hari, maka anda akan segera menyadari apa yang sedang membuat orang-orang sibuk. Mereka sibuk memuaskan hasrat-hasrat mereka sendiri. Seseorang hanya perlu melihat mereka dan mendengarkan mereka, untuk memahami jual beli, mendapatkan barang-barang yang diinginkan atau uang adalah kesenangan hidup yang paling besar bagi mereka. Kebahagiaan atau kesedihan yang kita lihat di wajah mereka terkait langsung dengan keberhasilan atau kegagalan dalam memenuhi hasrat-hasrat material.
Pada kenyataannya, setiap orang menginginkan kehidupan di dunia. Hanya sedikit orang yang menginginkan kehidupan yang akan datang. Bahkan, tidak seorang pun yang memikirkannya. Keadaan itu tidak hanya dijumpai di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-pelosok desa. Dimana sja, orang-orang memiliki obsesi-obsesi yang sama. Laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, muda dan tua, orang kota dan orang desa, orang beragama atau atheist, semuanya memiliki tujuan yang sama. Mereka semua menyia-nyiakan waktu berharga mereka dan menyibukkan diri demi memperoleh materi. Betapa sebuah obsesi yang sangat besar sekali! Bahkan keyakinan dan kesadaran dikorbankan demi pencapaian duniawi. Apa saja pantas untuk dikorbankan.
Akhirnya, tibalah masa ketika anggota tubuhnya tidak lagi berfungsi dan ia tidak bisa lagi bekerja. Pada masa itulah mereka kemudian baru menyadari bahaya yang menimpanya, ia tidak memiliki makanan, pakaian atau tempat tinggal, dan ia tidak lagi dapat menghidupi dirinya sendiri. Betpa sering kita menyaksikan orang-orang yang berpakaian compang-camping, bersandar di sejumlah tembok-tembok dengan anjing-anjing yang menggonggong di sekeliling mereka dan anak-anak melempar mereka dengan batu.
Kita telah sering menyaksikan pemandangan yang menyedihkan semacam itu, namun tidak merasa tergerak, dengan apa yang kita saksikan, untuk perlu melakukan tindakan preventif apapun. Tidak seorang pun dari kita yang benar-benar menyadari bahwa diri kita sendiri menuju pada sebuah akhir yang seperti itu, karena kita terlalu asyik dengan kehidupan saat ini. Masa bodoh dengan hari esok!
Ketika pada masa peperangan, sirine serangan udara menandakan akan datangnya kuadron pembom musuh yang hendak membombardir kita, maka kita merasa ketakutan dan setiap orang segera berlindung di kamp-kamp anti serangan udara. Dalam sesaat jalan-jalan menjadi sepi. Seseorang yang tidak mempedulikan peringatan sirine dipandang sebagai orang yang bodoh, jika tidak gila.
Namun, apa yang terjadi ketika para pemeluk agama mendengarkan peringatan Tuhan? “Hai manusia! Menyembahlah kepada-Ku. Tunaikan kewajibanmu pada yang lainnya dan hiduplah sesuai dengan kehendak-Ku. Aku akan menyinksa mereka yang melalaikannya dengan siksaan yang tidak terbayangkan. Mereka aka ponyang-panting dalam kesakitan yang tidak dapat mereka hindari.”
Tetapi, apa yang yang terjadi? Setiap orang telah mendengar peringatan ini, tetapi tidak seorang pun yang mengakui kekuatannya, otoritasnya, kebenaran essensinya. Pada umumnya, mereka menganggapnya sebagai persoalanyang tidak penting, persoalan yang harus dipikirkan nanti atau mungkin tidak perlu untuk dipikirkan sama sekali.
0 komentar: