Tulisan ini bermula dari pengamatan iseng saya terhadap fenomena iklan di media elektronik yang muncul beberapa waktu yang lalu. Melalui media iklan yang ditayangkn di televisi,kita mungkin akan tersenyum getir melihat betapa Tuhan memberikan gambaran yang begitu jelas terhadap kondisi sosial saat ini. Seolah Tuhan menyindir kita memalui bentuk-bentuk iklan bahwa begitulah kita saat ini.
Misalnya, iklan sebuah merek sepeda motor dan TV. Iklan tersebut dengan begitu mudahnya memojokkan produksi pesaingnya. Bintang iklannya pun demikian mudah beralih dari satu produk ke produk yang lain dalam satu produksi yang sejenis. Setting iklan tersebut, bintang iklannya, jargon-jargon ikloannya,semua dibuat hampir mirip. Terasa jelas “sangat tidak kreatifnya” si pembuat iklan dan terkesan ada pemanfaatan image yang sudah terbangun dari sebuah produk yang sudah lebih lama ada.
Saya bukanlah ahli periklanan, meskipun sah-sah saja membuat iklan yang demikian, tapi menurut saya melihat ada “sindiran” yang begitu halus dari Tuhan untuk kita semua. Kondisi masyarakat kita dengan begitu jelas dipertontonkan oleh Yang Maha Kuasa melalui iklan-iklan itu. Karena secara tidak langsung iklan itu telah menggambarkan inkonsistensi semua lapisan masyarakat. Betapa masyarakat kita dengan begitu mudahnya melakukan proses pemojokan terhadap satu bagian masyarakat yang lain dan menuai manfaat atas mereka. Masyarakat kita juga tidak mau lagi berpikir untuk membangun sesuatu dengan sebuah rencana dan perjuangan yang teratur. Maunya serba instan, serba cepat dan ingin sekejap berada di barisan terdepan.
Kembali pada judul tulisan ini “Siapa Takut?” saya semakin terheran-heran. Beberapa waktu yang lalu, kita diramaikan dengan jargon iklan salah satu sampo “siapa takut”. Saya yakin, rumah produksi yang membuat iklan itu tidak sengaja, bahkan mungkin tidak tahu, bahwa visualisasinya bisa dengan sangat pas menggambarkan kehidupan masyarkat saat ini. Bagi saya, iklan itu benar-benar mengena, menyindir dengan telak.
Sebenarnya kita tidak takut lagi pada penguasa kita, Tuhan Semesta Alam. Kita dengan mudahnya dan dengan sangat gampangnya meninggalkan shalat, kita terus menerus mempertontonkan perilaku hedonis, materialis, arogan dan destruktif. Kita terbiasa dipertontonkan kebohongan-kebohongan bahkan dengan keterusterangan. Kita juga tidak takut lagi memakan hak orang lain, berbisnis dengan sangat liar, tipu daya, mark-up, kolusi dan korupsi seolah menjadi kewajiban bagi siapa saja yang hendak berbisnis. Seakan kita tidak akan mati, seakan kita akan hidup selamanya.
“Siapa takut” yang menjadi slogan iklan sebuah produk sampo, tiba-tiba terasa menjadi sebuah sindiran tajam dari Tuhan, betapa manusia sekarang saja kehilangan rasa hormat dan rasa terima kasih, tetapi juga sudah kehilangan rasa takut terhadap Tuhan. Tuhan dianggap tidak ada sehingga merasa tidak ada yang mengawasi. Dan Tuhan dianggap sudah mati sehingga tidak ada lagi yang akan memberikan pembalasan.
Mungkin di antara anda ada lagi yang mau “bermain-main” dengan iklan-iklan lain, lalu mulai mengomparasikannya dengan kenyataan hidup. Misalnya, terhadap iklan-iklan yang menampilkan keseronokan wanita atau yang lainnya. Siapa tahu, anda bisa menambah deretan contoh yang tak termuat di tulisan ini.
0 komentar: